#: locale=en ## Action ### URL WebFrame_EDB4B7B0_E28D_D264_41D4_C8A3F6037EC5.url = https://www.google.com/maps/embed?pb=!1m14!1m8!1m3!1d15919.034863648929!2d103.930887!3d-4.0695165!3m2!1i1024!2i768!4f13.1!3m3!1m2!1s0x0%3A0xb8e5c404faf397ec!2sGua%20Harimau!5e0!3m2!1sen!2sid!4v1647413291195!5m2!1sen!2sid WebFrame_EDB4B7B0_E28D_D264_41D4_C8A3F6037EC5_mobile.url = https://www.google.com/maps/embed?pb=!1m14!1m8!1m3!1d15919.034863648929!2d103.930887!3d-4.0695165!3m2!1i1024!2i768!4f13.1!3m3!1m2!1s0x0%3A0xb8e5c404faf397ec!2sGua%20Harimau!5e0!3m2!1sen!2sid!4v1647413291195!5m2!1sen!2sid LinkBehaviour_66B38759_444F_A174_41BC_87E641178CFC.source = https://www.instagram.com/visualanaknegeri.official/?hl=en LinkBehaviour_814FB5D3_9184_2710_41DC_289876A3AFFD.source = https://www.instagram.com/visualanaknegeri.official/?hl=en LinkBehaviour_EA76A0F5_CD90_0160_4160_49FE74B655DA.source = https://www.youtube.com/channel/UCagCGPkr1owy5mq7RNmiDoA LinkBehaviour_814FC5D3_9184_2710_41C9_5E3E6549E34D.source = https://www.youtube.com/channel/UCagCGPkr1owy5mq7RNmiDoA ## Media ### Title panorama_612E3545_6BEE_D12F_41DA_D7F5CA5BFC8B.label = GUA HARIMAU panorama_7A938552_6BEE_D125_41D6_3D976BECFA17.label = GUA PUTRI panorama_61523294_6BEF_332D_41B9_0C0A59973606.label = Gua Harimau 08 panorama_615273D5_6BEF_512F_41B5_1885A4377020.label = Gua Harimau 09 panorama_6152162D_6BEF_737F_41C8_311C56137C1F.label = Gua Harimau 10 panorama_6152581D_6BEF_5F5C_41D6_15C33C177C36.label = Gua Harimau 11 panorama_6152491B_6BEF_3124_41BA_A6B187F47060.label = Gua Harimau 12 panorama_6153CA1A_6BEE_F325_41D3_EDC60A4F43D6.label = Gua Harimau 14 panorama_6153F9AC_6BEE_D17D_41D9_03AB95368C42.label = Gua Harimau 15 panorama_61524A7C_6BED_73DD_41C5_2EF29657EC9A.label = Gua Harimau 18 panorama_6450009D_6BEF_4F5F_4180_339A1CD93FFA.label = Gua Putri 03 panorama_64502D48_6BEF_D124_41D9_CBDBF4BDE873.label = Gua Putri 10 panorama_64501788_6BEF_F124_41BD_ABA6C2CF4D6D.label = Gua Putri 11 panorama_64500BD2_6BEF_D125_41AE_8A250011ABA6.label = Gua Putri 13 panorama_645046E7_6BEF_30EB_41C5_04728B4F7690.label = Gua Putri 14 panorama_64502032_6BEE_CF65_41C1_4F2E327069ED.label = Gua Putri 21 panorama_64506A7E_6BEE_D3DC_41D1_F5FEBC7F8010.label = Gua Putri 22 panorama_645054E8_6BEE_F0E4_41D9_29AAA09E7453.label = Gua Putri 23 ## Skin ### Dropdown DropDown_ECA0F792_E297_5227_41D5_1ADD6805374E.prompt = GUA HARIMAU DropDown_ECA0F792_E297_5227_41D5_1ADD6805374E_mobile.prompt = GUA HARIMAU ### Image Image_12FCB020_07B6_EB68_4160_9DAFE1CCFB48.url = skin/Image_12FCB020_07B6_EB68_4160_9DAFE1CCFB48_en.png Image_12FCB020_07B6_EB68_4160_9DAFE1CCFB48_mobile.url = skin/Image_12FCB020_07B6_EB68_4160_9DAFE1CCFB48_mobile_en.png Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65.url = skin/Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65_en.png Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65_mobile.url = skin/Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65_mobile_en.png Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A.url = skin/Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A_en.png Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A_mobile.url = skin/Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A_mobile_en.png Image_5B628F5A_447A_A174_41CB_D63D57DF0D33.url = skin/Image_5B628F5A_447A_A174_41CB_D63D57DF0D33_en.png Image_5B628F5A_447A_A174_41CB_D63D57DF0D33_mobile.url = skin/Image_5B628F5A_447A_A174_41CB_D63D57DF0D33_mobile_en.png Image_64B7F3FC_447A_612C_41C3_53D692704F85.url = skin/Image_64B7F3FC_447A_612C_41C3_53D692704F85_en.png Image_64B7F3FC_447A_612C_41C3_53D692704F85_mobile.url = skin/Image_64B7F3FC_447A_612C_41C3_53D692704F85_mobile_en.png ### Label Label_679613A3_33E4_D4FF_41A1_D89B55FACA7E.text = START TOUR Label_679613A3_33E4_D4FF_41A1_D89B55FACA7E_mobile.text = START TOUR ### Multiline Text HTMLText_5BCB1614_444A_A2F9_41C3_0784297C7919.html =
Gua Harimau
Padang Bindu, Sumatera Selatan


HTMLText_68AA864D_33EB_DC4A_4187_DE45EB7CDC3A.html =



SITUS PRASEJARAH GUA HARIMAU
Padang Bindu, Sumatera Selatan



HTMLText_5BAF0818_444D_AEF4_4111_4C09055F3C80.html =
Gua Harimau
Padang Bindu, Sumatera Selatan
2020



Photo 360 Production
Visual Anak Negeri


360 Virtual Tour Production
Visual Anak Negeri
HTMLText_5BCB1614_444A_A2F9_41C3_0784297C7919_mobile.html =
Gua Harimau
Padang Bindu, Sumatera Selatan


HTMLText_68AA864D_33EB_DC4A_4187_DE45EB7CDC3A_mobile.html =



SITUS PRASEJARAH GUA HARIMAU
Padang Bindu, Sumatera Selatan



HTMLText_5BAF0818_444D_AEF4_4111_4C09055F3C80_mobile.html =
Gua Harimau
Padang Bindu, Sumatera Selatan
2020



Photo 360 Production
Visual Anak Negeri


360 Virtual Tour Production
Visual Anak Negeri
HTMLText_ED9A6CAC_E28B_B663_41E7_0BD570465A86.html =
GUA HARIMAU
Padang Bindu, Sumatera Selatan



Selamat datang di Gua Harimau! Sebuah rongga alami berukuran besar pada dinding bukit kapur di Desa Padang Bindu yang akan menguak misteri peradaban dari ribuan tahun silam. Dahulu kala, ketika aksara belum dikenal (Masa Pra-Sejarah), gua ini menjadi rumah bagi kelompok pemburu dan peramu makanan. Tidak hanya bermukim, mereka juga memakamkan jasad kerabatnya di Gua Harimau. Tradisi menguburkan jasad manusia terus-menerus berlangsung di Gua Harimau, melintasi periode-periode kehidupan yang berbeda di zaman Pra-Sejarah, hingga akhirnya diungkap oleh tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Ribuan peralatan masa lampau yang terbuat dari batu, tulang, dan cangkang kerang menjadi bukti betapa intensifnya gua ini dihuni manusia pada masa silam. Lapis demi lapis tanah di Gua Harimau telah digali secara perlahan oleh para arkeolog sejak tahun 2009 sampai 2016. Hasilnya, diketahui gua ini pernah menjadi ruang hunian masyarakat Pra-Sejarah sejak 20.000 tahun yang lalu hingga setidaknya 2.000 tahun lalu.


Tersembunyi di antara semak belukar dan lebatnya pepohonan hutan, gua ini ditemukan tim peneliti Puslit Arkenas pada tahun 2008 berbekal informasi seorang penduduk Desa Padang Bindu, Bpk. Ferdinata. Begitu luasnya ukuran gua dengan kondisi lantainya yang kering menjadikan gua ini nyaman untuk dihuni. Terlebih di depannya mengalir sebatang sungai bernama ‘Aek Amanbasa’ yang mungkin menjadi sumber air utama pada masa lalu. Artefak-artefak batu dari periode kebudayaan prasejarah yang lebih sederhana pun turut dijumpai di dasar sungai kecil tersebut. Ada sederet keistimewaan dari Gua Harimau yang membuatnya lain daripada yang lain.
Pertama yaitu banyaknya kubur-kubur manusia dari masa prasejarah yang ditemukan di situs ini. Ada lebih dari 80 orang yang dikubur dengan berbagai posisi dan perlakuan berbeda di Gua Harimau. Variasi perlakuan pada kerangka serta posisinya menjadi petunjuk awal adanya periode hunian berbeda di situs gua ini. Hal ini pun diperkuat oleh ciri fisik dari tulang-belulang serta gigi manusia yang dikubur tersebut. Setidaknya ada dua populasi manusia berbeda yang dikubur di gua ini, yaitu populasi Australomelanesid dan Monggolid. Keduanya adalah leluhur dari mayoritas penduduk Indonesia saat ini yang sangat majemuk, mulai dari Sabang hingga Merauke.


Hal istimewa kedua yaitu, adanya seni cadas (rock art) dari masa lampau di Gua Harimau, berupa gambar-gambar berwarna merah pada dinding gua yang saat itu belum pernah dijumpai sebelumnya di Sumatra. Ketika ditemukan pada tahun 2009, lukisan prasejarah tersebut mengejutkan para ahli, karena Sumatra ternyata juga memiliki budaya seni cadas dari masa Prasejarah. Gambar cadas yang di Gua Harimau tersusun atas barisan garis berliku dan persegi tersebut (geometris) dibuat dari pewarna alami yang kemungkinan dibuat dari mineral oksida besi (oker).


Keistimewaannya yang terakhir yaitu Gua Harimau menyajikan gambaran lengkap mengenai proses perubahan budaya dari masa ke masa. Lapisan budaya Preneolitik yang berada di paling bawah mengandung kuburan manusia ras Australomelanesid yang tubuhnya diposisikan terlipat, meringkuk layaknya bayi di dalam kandungan. Perkakas mereka terbuat dari batu, berupa alat serpih dan batu-batu kerakal sungai yang digunakan sebagai penumbuk dan penggerus. Di atasnya terdapat kubur manusia dari periode neolitik dan paleometalik dengan posisi tubuh telentang serta rangka lainnya yang dikuburkan tanpa anggota tubuh yang lengkap (kubur tidak langsung). Pada lapisan bagian atas, wadah-wadah tembikar mulai ditemukan. Ini lah penanda kedatangan populasi baru, ras Monggolid yang menggantikan populasi sebelumnya sekitar 3.000 hingga 2.000 tahun yang lalu.


Kubur-kubur manusia di Gua Harimau menjadi bukti bagaimana masyarakat prasejarah di masa lalu sangat memuliakan leluhur dan kerabatnya. Buktinya, ditemukan berbagai jenis ‘bekal kubur’ seperti kapak dan gelang perunggu serta wadah-wadah tembikar. Gua Harimau mengajarkan, kebinekaan bangsa Indonesia telah mengakar kuat sejak dahulu kala. Situs ini merekam mosaik budaya dan populasi manusia di masa lalu melalui peninggalan arkeologi yang terkandung di dalam lapisan tanahnya. Gambar cadas prasejarah dan perhiasan yang ditemukan menjadi bukti leluhur bangsa ini juga mengenal aspek estetika dalam hidupnya. Meski berada di pedalaman, masyarakat penghuni Gua Harimau telah aktif berinteraksi dengan dunia luar. Benda-benda perunggu yang merupakan pengaruh kebudayaan Dongson pada awal tahun Masehi menjadi bukti adanya interaksi dengan dunia luar, meskipun mereka bermukim jauh di pedalaman Sumatra Selatan.



HTMLText_ED9A6CAC_E28B_B663_41E7_0BD570465A86_mobile.html =
GUA HARIMAU
Padang Bindu, Sumatera Selatan



Selamat datang di Gua Harimau! Sebuah rongga alami berukuran besar pada dinding bukit kapur di Desa Padang Bindu yang akan menguak misteri peradaban dari ribuan tahun silam. Dahulu kala, ketika aksara belum dikenal (Masa Pra-Sejarah), gua ini menjadi rumah bagi kelompok pemburu dan peramu makanan. Tidak hanya bermukim, mereka juga memakamkan jasad kerabatnya di Gua Harimau. Tradisi menguburkan jasad manusia terus-menerus berlangsung di Gua Harimau, melintasi periode-periode kehidupan yang berbeda di zaman Pra-Sejarah, hingga akhirnya diungkap oleh tim peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Ribuan peralatan masa lampau yang terbuat dari batu, tulang, dan cangkang kerang menjadi bukti betapa intensifnya gua ini dihuni manusia pada masa silam. Lapis demi lapis tanah di Gua Harimau telah digali secara perlahan oleh para arkeolog sejak tahun 2009 sampai 2016. Hasilnya, diketahui gua ini pernah menjadi ruang hunian masyarakat Pra-Sejarah sejak 20.000 tahun yang lalu hingga setidaknya 2.000 tahun lalu.


Tersembunyi di antara semak belukar dan lebatnya pepohonan hutan, gua ini ditemukan tim peneliti Puslit Arkenas pada tahun 2008 berbekal informasi seorang penduduk Desa Padang Bindu, Bpk. Ferdinata. Begitu luasnya ukuran gua dengan kondisi lantainya yang kering menjadikan gua ini nyaman untuk dihuni. Terlebih di depannya mengalir sebatang sungai bernama ‘Aek Amanbasa’ yang mungkin menjadi sumber air utama pada masa lalu. Artefak-artefak batu dari periode kebudayaan prasejarah yang lebih sederhana pun turut dijumpai di dasar sungai kecil tersebut. Ada sederet keistimewaan dari Gua Harimau yang membuatnya lain daripada yang lain.
Pertama yaitu banyaknya kubur-kubur manusia dari masa prasejarah yang ditemukan di situs ini. Ada lebih dari 80 orang yang dikubur dengan berbagai posisi dan perlakuan berbeda di Gua Harimau. Variasi perlakuan pada kerangka serta posisinya menjadi petunjuk awal adanya periode hunian berbeda di situs gua ini. Hal ini pun diperkuat oleh ciri fisik dari tulang-belulang serta gigi manusia yang dikubur tersebut. Setidaknya ada dua populasi manusia berbeda yang dikubur di gua ini, yaitu populasi Australomelanesid dan Monggolid. Keduanya adalah leluhur dari mayoritas penduduk Indonesia saat ini yang sangat majemuk, mulai dari Sabang hingga Merauke.


Hal istimewa kedua yaitu, adanya seni cadas (rock art) dari masa lampau di Gua Harimau, berupa gambar-gambar berwarna merah pada dinding gua yang saat itu belum pernah dijumpai sebelumnya di Sumatra. Ketika ditemukan pada tahun 2009, lukisan prasejarah tersebut mengejutkan para ahli, karena Sumatra ternyata juga memiliki budaya seni cadas dari masa Prasejarah. Gambar cadas yang di Gua Harimau tersusun atas barisan garis berliku dan persegi tersebut (geometris) dibuat dari pewarna alami yang kemungkinan dibuat dari mineral oksida besi (oker).


Keistimewaannya yang terakhir yaitu Gua Harimau menyajikan gambaran lengkap mengenai proses perubahan budaya dari masa ke masa. Lapisan budaya Preneolitik yang berada di paling bawah mengandung kuburan manusia ras Australomelanesid yang tubuhnya diposisikan terlipat, meringkuk layaknya bayi di dalam kandungan. Perkakas mereka terbuat dari batu, berupa alat serpih dan batu-batu kerakal sungai yang digunakan sebagai penumbuk dan penggerus. Di atasnya terdapat kubur manusia dari periode neolitik dan paleometalik dengan posisi tubuh telentang serta rangka lainnya yang dikuburkan tanpa anggota tubuh yang lengkap (kubur tidak langsung). Pada lapisan bagian atas, wadah-wadah tembikar mulai ditemukan. Ini lah penanda kedatangan populasi baru, ras Monggolid yang menggantikan populasi sebelumnya sekitar 3.000 hingga 2.000 tahun yang lalu.


Kubur-kubur manusia di Gua Harimau menjadi bukti bagaimana masyarakat prasejarah di masa lalu sangat memuliakan leluhur dan kerabatnya. Buktinya, ditemukan berbagai jenis ‘bekal kubur’ seperti kapak dan gelang perunggu serta wadah-wadah tembikar. Gua Harimau mengajarkan, kebinekaan bangsa Indonesia telah mengakar kuat sejak dahulu kala. Situs ini merekam mosaik budaya dan populasi manusia di masa lalu melalui peninggalan arkeologi yang terkandung di dalam lapisan tanahnya. Gambar cadas prasejarah dan perhiasan yang ditemukan menjadi bukti leluhur bangsa ini juga mengenal aspek estetika dalam hidupnya. Meski berada di pedalaman, masyarakat penghuni Gua Harimau telah aktif berinteraksi dengan dunia luar. Benda-benda perunggu yang merupakan pengaruh kebudayaan Dongson pada awal tahun Masehi menjadi bukti adanya interaksi dengan dunia luar, meskipun mereka bermukim jauh di pedalaman Sumatra Selatan.



### Tab Panel TabPanelPage_F3F8631D_E28D_525C_41D8_B2BFB177A1E5_mobile.label = INFORMASI TabPanelPage_F3F8631D_E28D_525C_41D8_B2BFB177A1E5.label = INFORMASI TabPanelPage_F3FE431E_E28D_525C_41D7_F532AC072693_mobile.label = LOKASI TabPanelPage_F3FE431E_E28D_525C_41D7_F532AC072693.label = LOKASI TabPanelPage_66C3D700_444F_A2D3_41C3_F0CBBB997CCA.label = TITLE TabPanelPage_66C3D700_444F_A2D3_41C3_F0CBBB997CCA_mobile.label = TITLE ### Tooltip IconButton_ECADA7A9_E297_5265_41EA_39DB0E42241C.toolTip = Fullscreen IconButton_ECADA7A9_E297_5265_41EA_39DB0E42241C_mobile.toolTip = Fullscreen Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65_mobile.toolTip = GALLERY Image_1341DE45_0752_7728_4177_80164854CD65.toolTip = GALLERY IconButton_ECAD87A9_E297_5265_41C7_D755D42168DB.toolTip = Gyroscope Mobile Only IconButton_ECAD87A9_E297_5265_41C7_D755D42168DB_mobile.toolTip = Gyroscope Mobile Only IconButton_ECAD97A9_E297_5265_41E8_A346A13B6AEB_mobile.toolTip = Mute/Unmute IconButton_ECAD97A9_E297_5265_41E8_A346A13B6AEB.toolTip = Mute/Unmute Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A_mobile.toolTip = SETTING Image_13C20753_0753_D528_4195_06804417301A.toolTip = SETTING IconButton_ECAA57AA_E297_5267_41CA_BE3E9FD2E439.toolTip = Show/Hide Hotspot IconButton_ECAA57AA_E297_5267_41CA_BE3E9FD2E439_mobile.toolTip = Show/Hide Hotspot IconButton_ECA3D793_E297_5224_41D2_FF1A797857DA_mobile.toolTip = VR Mode Mobile Only IconButton_ECA3D793_E297_5224_41D2_FF1A797857DA.toolTip = VR Mode Mobile Only ## Tour ### Description ### Title tour.name = GUA HARIMAU