Lapangan Gasibu
Lapangan ini terletak tepat di depan Gedung Sate. Lapangan Gasibu digunakan masyarakat untuk berolahraga, nongkrong, swafoto dan beberapa kegiatan besar lainnya. Berdasarkan buku Album Bandung Tempoe Doeloe karya Sudarsono Katam, pada zaman Belanda, lapangan itu awalnya bernama Wilhelmina Plein (lapangan Wilhelmina). Nama itu diambil dari Ratu Belanda. Sekitar tahun 1950-an, nama lapangan berganti menjadi lapangan Diponegoro. Namun, karena sering digunakan perkumpulan sepak bola Bandung Utara, masyarakat akhirnya mengenal lapangan itu sebagai Gasibu (Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara). Untuk mengelolanya, saat itu dibentuk panitia kecil yang terdiri dari PORL (Persatuan Olahraga Rukun Luyu dari Balubur), PAKSI dari Sekeloa, PORAS dari Sadang Serang. Oleh karena itu, lapangan ini sering dijadikan sebagai tempat berkumpul masyarakat kota Bandung.
Gasibu sempat menjadi ajang tempat berjualan para pedagang kaki lima. Namun pada bulan maret 2014 pedagang kaki lima dilarang berjualan di area Gasibu karena menyebabkan kemacetan.