Supported By    supporter logo

Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo


Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo

Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau yang lebih familiar disebut Masjid Agung oleh masyarakat Kota Palembang merupakan salah satu masjid tertua dan bersejarah di Kota Palembang.

Masjid ini juga merupakan salah satu tujuan utama destinasi wisata religi yang ada di Kota Palembang, dan telah masuk ke dalam 76 destinasi wisata Kota Palembang.

Sejarah

Masjid ini merupakan masjid ketiga yang dibangun oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo pada masanya. Masjid pertama dibangun tepat di Keraton Kuto Gawang yang dibakar oleh Belanda pada tahun 1659 M.

Setelah itu Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo juga membangun masjid yang berlokasi di kawasan Tengkuruk atau sekarang Jalan Masjid Lama. Namun karena kapasitas masjid yang tidak terlalu besar dan membludaknya masyarakat yang ingin melakukan ibadah di masjid tersebut, maka Sultan Mahmud Badaruddin IJayo Wikramo kembali mebangun masjid dengan ukuran yang lebih besar di kawasan Alun-Alun Kota Palembang (lokasi Masjid Agung saat ini) yang persis berada dibelakang Keraton Kuto Kecik atau Keraton Tengkuruk.

Pembangunan masjid ini membutuhkan waktu 10 tahun hingga 26 Mei 1748 ataupada 28 Jumadil Awal 1151 H. Pada awalnya masjid ini disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud BadaruddinI Jayo Wikramo.

Ketika pertama kali dibangun, masjid ini meliputi lahan seluas 1.080 meterpersegi (sekitar 0,26 Ha) dengan kapasitas 1.200 orang. Lahan kemudian diperluas oleh Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.

Masjid Agung ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Salah satu renovasi terbesar terjadi pada tahun 1999. Renovasi yang dilakukan oleh Gubernur H. Rosihan Arsyad yang tidak hanya memperbaiki bagian yang rusak, tetapi juga merestorasi bangunan masjid dengan menambahkan tiga bangunan baru.

Ketiga bangunan tersebut antara lain, bangunan di bagian selatan masjid, dibagian utara dan bagian timur. Pada renovasi dan restorasi ini, kubah masjid juga mengalami perbaikan di berbagai sisinya. Dan setelah proses renovasi selesai, masjid ini langsung diresmikan oleh Presiden Kelima Indonesia,Megawati Soekarnoputri.

Arsitektur

Pada awal pembangunannya masjid ini hanya dipengaruhi oleh 2 arsitektur yakni Melayu-Palembang. Namun setelah mengalami renovasi beberapa kali saat ini Masjid Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ini dipengaruhi oleh 3 arsitekturyakni Melayu, China dan Eropa.

Undakan ketiga yang menjadi puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk undakan bangunan masjid diperngaruhi bangunan dasar candi Hindu-Jawa.

Ciri khas arsitektur Eropa terdapat pada rupa jendela masjid yang besar dan tinggi. Pilar masjid berukuran besar dan memberi kesan kokoh. Material bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa.

Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya berbentuk limas, terdiri dari tiga tingkat. Pada bagian atas sisi limas atap terdapat jurai daun simbar menyerupai tanduk kambing yang melengkung.

Sumber: Wikipedia.

Comment
Open Discussion
Copyright © . Visual Anak Negeri