Pojok Benteng
Pojok Benteng merupakan salah satu bukti kekuatan Kerajaan Mataram di masa Sri Sultan Hamengkubuwono II, bangunan yang mempunyai empat sisi ini terletak di Yogyakarta. Pojok Benteng dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono II pada tahun 1785 - 1787, tujuan dibangunya adalah untuk membentuk kekuatan dan pengamanan kawasan keraton. Ketinggianya mencapai 5 meter pada masing-masing pojok benteng yang saling berhubungan. Bentuk benteng mirip persegi empat, namun lebih besar bagian timur. Benteng keraton dari timur ke barat memiliki panjang 1200 meter, sedang arah utara ke selatan 940 meter. Dari empat Pojok Beteng, satu di antaranya telah hancur. Pojok Benteng yang hancur ini berada di sudut timur-utara Keraton Yogyakarta. Satu Pojok Benteng ini hancur akibat gempuran pasukan Inggris yang terjadi pada 19 - 20 Juni 1812.
Pada saat itu, penjajah Inggris menyerang kawasan keraton dengan menyuplai pasukan dari India. Serangan ini disebut "Geger Sepehi" pasukan Inggris dibawah Kolonel James Watson berhasil meledakkan gudang mesiu yang berada di Pojok Beteng Timur Laut, karena kejadian itu benteng hanya menyisakan tiga pojok benteng yaitu, Pojok Beteng Wetan, Pojok Beteng Kulon, dan Pojok Beteng Lor. Akhirnya setelah lebih dari 200 tahun Benteng Pojok Lor Wetan kembali dibangun untuk mengenang bagaimana hebatnya benteng menahan serangan musuh kala itu. Saat ini, benteng digunakan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan kegiatan tradisi malam 1 Suro di Keraton Ngayogyakarta. Pada malam 1 Suro dilaksanakan upacara mengarak benda pusaka mengelilingi Benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningratyang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.